Pembawa acara kawakan, penyanyi dan aktor Kris Biantoro, meninggal dunia di kediamannya pada Selasa, 13 Agustus 2013 setelah menderita gagal ginjal selama hampir 38 tahun. Pria bernama lengkap Christoporus Soebiantoro ini meninggal pada usia 75 tahun. Jenazah disemayamkan di rumah duka di Cibubur dan rencananya akan dikremasi Kamis 15 Agustus 2013 di Oasis Lestari, Tangerang.
Sebelum terkenal sebagai pembawa acara, pria kelahiran Gabag (Kedu), Magelang, 17 Maret 1938 ini mengawali karirnya sebagai penyanyi. Karirnya melejit saat membawakan lagu Dondong Opo Salak. Selanjutnya ia menghasilkan enam album. Pada 1964-1970 ia pergi ke Australia karena mendapat tawaran menjadi staf KBRI. Di sana, Kris Biantoro bertemu dengan Maria Nguyen Kim Dung, perempuan Vietnam yang kemudian dinikahinya. Mereka memiliki dua anak bernama Invianto dan Ceasefiarto, juga dua menantu dan dua cucu.
Pada 1971, ia kembali ke Indonesia menjadi pembawa acara di sebuah klab malam. Lalu ia bergabung dengan TVRI menjadi pembawa acara kuis terkenal antara lain, Dansa yo Dansa,Suka Hati, dan Silakan Terkasampai 1980. Kemudian, ia meraih sukses lagi lewat kuis Berseri Mengukir Prestasi pada 1992-1995.
Pada periode 1973-1978, ia terlibat berakting dalam beberapa film, termasuk dalam film Atheis (1974) karya Sjuman Djaya. Lulusan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ini diajak bermain film sejak Laki-laki Pilihan(1973), tetapi baru mendapat peran utama pada film Bajingan Tengik(1974) dan Pilih Menantu(1974).
Selain keterampilannya berkesenian, sosok Kris Biantoro dikenal dengan salam “Merdeka!” yang selalu ia ucapkan setiap ia tampil. Kebiasaan ini tumbuh karena keterlibatannya sebagai relawan pembebasan Irian Barat selama enam bulan. Langkah tersebut diambilnya saat ia duduk di bangku kuliah Akademi Jurnalistik Atmajaya sehingga perkuliahannya pun tidak selesai. Atas perjuangannya, ia mendapat gelar Veteran Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 2004, ia menerbitkan buku autobiografi Manisnya Ditolak yang berisi pengalaman dan perjalanan hidupnya.