Artikel/Berita "Penghulu", Film Pendek Terbaik Festival Sinema Prancis

Film pendek Penghulu (2012) karya Destri Tsurayya dari Forum Film Pelajar Bandung keluar sebagai film terbaik pilihan juri dalam Kompetisi Film Pendek Nasional Festival Sinema Prancis (FSP) 2012. Sutradara film pemenang ini mendapat hadiah berupa perjalanan ke Prancis untuk berpartisipasi dalam festival  film pendek Clermont-Ferrand 2013. Festival ini merupakan salah satu festival film pendek bergengsi di Prancis maupun di dunia.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Arief Ash Shiddiq, mewakili dua juri lain yaitu Adrian Jonathan Pasaribu dan Amalia Sekarjati, pada malam penutupan Festival Sinema Prancis 2012 di Plaza Indonesia XXI, Senin, 10 Desember 2012, pukul 19.00. Film tersebut dipilih dari 10 film pendek lain yang lolos seleksi putaran final kompetisi yang baru diadakan pertama kali oleh festival ini.

Tim juri mencatat bahwa dalam kompetisi ini tidak ada karya yang benar-benar unggul. Sebagian kuat dalam penuturan cerita, sebagian lainnya dalam eksplorasi audiovisual. Tim juri memutuskan untuk mencari karya yang paling seimbang, yang memiliki keterkaitan paling kuat antara kemasan dan gagasannya. Keseimbangan menjadi faktor yang vital dan dianggap menjadi modal penting bagi pembuat film yang nantinya akan belajar dari pengalaman menonton dan berinteraksi di Prancis.

Maka dari itu, Penghulu keluar sebagai karya terbaik karena menampilkan sebuah kisah sederhana dengan pemanfaatan elemen sinematikyang apik dan tepat guna. Lebih penting lagi, Penghulu mampu memotret suatu masalah yang bersifat lokal dan keseharian beserta segala konsekuensi sosialnya. Hal ini menyiratkan pemahaman yang kuat dalam diri pembuat film terhadap lingkungannya. Penghulu sendiri bercerita tentang sepasang kekasih yang hendak menikah, tetapi menemukan hambatan ketika berhadapan dengan penghulu yang seharusnya menikahkan mereka.

Selain Penghulu, tim juri juga menyebutkan satu film yang dianggap mendekati pencapaian film pemenang, yaitu Palak, karya Jaka Triadi dari Sinematografi UNAIR. Film tersebut sukses memotret siklus kekerasan yang terjadi di Surabaya, dengan penggambaran ruang yang akurat akan kotanya. Namun, kekurangan film ini berada pada faktor teknik yang kurang mendukung penuturan cerita, satu hal yang bisa dipelajari dan dibenahi seiring berjalannya waktu.

Sedangkan film Waktu Kunjung Pacar karya Nizar dari Sinematografi UI, mendapat penghargaan Prix du Public, atau film pilihan penonton. Pemenang mendapatkan hadiah berupa Samsung Galaxy Tab 2.0.