Hasil restorasi Lewat Djam Malam untuk pertama kalinya diputar secara penuh di National Museum of Singapore (NMS) 28 Maret 2012, jam 20.00. Total ada 240 penonton memenuhi ruang pemutaran NMS yang berkapasitas 247 orang. Sejak Agustus 2011, Lewat Djam Malam direstorasi di laboratorium L’Immagine Ritrovata, Bologna, Italia. Film Usmar Ismail tahun 1954 tersebut menjadi film pembuka program Merdeka!, yang berlangsung dari 28 sampai 31 Maret di NMS. Dalam program yang sama, dua film Usmar Ismail lainnya (Darah dan Doa dan Tamu Agung) dan tiga film Garin Nugroho (Surat untuk Bidadari, Puisi Tak Terkuburkan, dan Mata Tertutup) turut diputar.
Film Lewat Djam Malam yang diputar di NMS sebenarnya baru 95% direstorasi. "Film tentunya akan lanjut direstorasi setelah pemutaran ini," ujar Lee Chor Lin, direktur NMS, dalam sambutan pembukaan program Merdeka! ini, "Menurut laporan dari Italia, ada beberapa bagian film yang terkena jamur, sehingga perlu penanganan khusus. Kerusakan yang ditimbulkan jamur ini akan terlihat waktu pemutaran nanti di layar lebar." Dalam sambutan lainnya, JB Kristanto memperkenalkan Lewat Djam Malam ke hadapan penonton, "Usmar Ismail adalah sutradara Indonesia pertama yang memperlakukan film sebagai pernyataan personal atau komentar sosial. Ini adalah lompatan kuantum dari semua pendahulunya dan mayoritas pembuat film sampai sekarang, yang melihat film sebagai hiburan semata."
Menurut artikel yang ditulis Lisabona Rahman dan Zhang Wenjie di buku program Merdeka!, Lewat Djam Malam merupakan film Indonesia pertama yang direstorasi secara penuh. Proyek ini bermula dari kontak NMS melalui Philip Cheah ke Lisabona Rahman, terkait dengan program restorasi film milik NMS. Fokus NMS sendiri adalah warisan sinema Asia Tenggara, dan dalam kesempatan kali ini NMS tertarik untuk merestorasi film Indonesia. Lisabona kemudian mengarahkan pihak NMS ke JB Kristanto untuk bantuan dan rekomendasi. Terpilihlah Lewat Djam Malam.
"Film itu menampilkan pandangan yang unik tentang sejarah kita. Siapa yang sebenarnya pantas mendapat pengakuan untuk kemerdekaan Indonesia: militer atau sipil? Ketegangan serupa bisa ditemukan di sejumlah titik lainnya di sejarah negeri kita, namun Usmar Ismail yang terlebih dahulu menangkapnya dalam medium film. Lewat Djam Malam penting karena relevansi sejarahnya," ujar JB Kristanto dalam sebuah wawancara terpisah.
Ketika judul film sudah terpilih, sebuah jaringan kerja antara NMS, Yayasan Konfiden, Kineforum DKJ, dan Sinematek Indonesia tercipta. Yayasan Konfiden dan Kineforum DKJ mengurus materi film serta aspek legal-formal terkait pengiriman film dari Sinematek ke laboratorium restorasi, sementara NMS mendanai pengerjaan restorasi dan menjadi penghubung ke pihak laboratorium. Kontrak proyek restorasi ditandatangani oleh NMS dan Irwan Usmar Ismail, perwakilan keluarga Usmar Ismail.
Setelah Lewat Djam Malam selesai direstorasi, pihak Indonesia akan mendapatkan kembali film tersebut dalam tiga format: DCP (Digital Cinema Package), copy positif 35mm, dan negative print 35mm yang sudah dibersihkan. Semuanya akan disimpan di Sinematek Indonesia. Rencana pemutaran dan distribusi Lewat Djam Malam di Indonesia sedang disusun oleh Yayasan Konfiden.
Baca juga berita tentang proses proyek restorasi ini di artikel "Restorasi Film Lewat Djam Malam".