H. Chaerul Umam (70 tahun), salah satu sutradara ternama Indonesia, menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis, 3 Oktober 2013 sekitar pukul 15.00 di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, Jakarta Timur. Beliau berpulang setelah sekitar seminggu menjalani perawatan di ruang ICU akibat stroke. Jenazah disemayamkan di Kavling Pengadilan Blok G4, Duren Sawit, Jakarta Timur, dan dimakamkan pada Jumat, 4 Oktober 2013 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa. Almarhum meninggalkan satu istri, tiga anak, dan dua cucu.
Imam Setyantono Chaerul Umam lahir di Tegal, 4 April 1943. Sebelum berkiprah di dunia film, ia sempat menempuh pendidikan sampai tingkat III di Fakultas Psikologi Univeritas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia kemudian aktif menjadi aktor teater di Teater Amatir (1964-1966), lalu ikut di Bengkel Teater Rendra (1966-1970). Pada tahun 1970 ia pindah ke Jakarta dan bergabung dengan Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer.
Pengalaman pertamanya di film adalah sebagai asisten sutradara untuk film Bing Slamet Dukun Palsu. Pada tahun 1975, ia membuat film Tiga Sekawan yang juga mengawali karirnya sebagai sutradara. Dari 24 film yang ia buat, ada enam film yang ia kerjakan bersama Asrul Sani sebagai penulis naskah atau cerita: Al Kautsar, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Bintang Kejora, Keluarga Markum, dan Nada dan Dakwah. Kolaborasi tersebut telah menghasilkan beberapa film Indonesia yang dikenal sampai sekarang. Al Kautsar sendiri menang di Festival Film Asia di Bangkok, Thailand untuk Film Sosial Budaya Terbaik dan Rekaman Suara Terbaik. Sedangkan, Titian Serambut Dibelah Tujuh dan Kejarlah Daku Kau Kutangkap, menjadikannya unggulan sebagai sutradara terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 1983 dan 1986. Dua judul film itu juga bisa dibilang karya terbaiknya, di samping memberi indikasi kecenderungannya berkarya: komedi dan Islami. Selain Asrul Sani, Chaerul Umam juga pernah bekerja sama dengan Putu Wijaya dan Misbach Jusa Biran.
Setelah beberapa kali menjadi unggulan, akhirnya Mamang, panggilan akrab beliau, berhasil meraih Citra lewat Ramadhan dan Ramona pada FFI 1992. Kemudian, bersama Imam Tantowi, ia menyutradarai Fatahillah (1997), yang juga disinetronkan sebanyak 13 episode. Itu adalah film terakhirnya di tahun '90-an, sebelum akhirnya kembali menyutradarai film layar lebar pada tahun 2009 lewat Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta Bertasbih 2. Film terakhirnya yang dirilis adalah Cinta Suci Zahrana(2012), yang menambah daftar kerjasamanya dengan SinemArt. Pada awal tahun, Chaerul Umam sempat dikabarkan akan menyutradarai film Ketika Mas Gagah Pergi bersama SinemArt lagi. Namun, sampai dengan hembusan nafas terakhir beliau, film tersebut belum selesai diproduksi.
Salah satu aktor yang beberapa kali bekerja dan cukup dekat dengan Chaerul Umam adalah Deddy Mizwar. Aktingnya di Kejarlah Daku Kau Kutangkap bersama Lydia Kandou termasuk kolaborasi akting yang berkesan. Saat dihubungi lewat telepon, ia menyebutkan bahwa Chaerul Umam adalah sutradara senior yang cukup selektif soal konten. “Dia sutradara handal, ya. Di usianya yang sudah lanjut, dia masih syuting dan produktif. Beliau juga sahabat saya yang selalu terbuka untuk berdiskusi. Dia selektif, cerdas dalam menafsirkan tokoh, dan bisa mempertanggungjawabkan karyanya. Latar belakangnya sebagai pemain teater membuatnya bisa menggarap pemain dan menganalisa karakter dengan baik.” ujarnya.
Selain film layar lebar, Chaerul Umam juga pernah menggarap Film Televisi (FTV). Menurut Deddy Mizwar, ia pernah menyutradarai dua FTV dalam program Sinema Wajah Indonesia yang merupakan program Deddy. Juga beberapa FTV Ramadhan yang pernah tayang pada 2001. Selain FTV, Chaerul Umam juga pernah menyutradarai sinetron antara lain, Bengkel Bang Jun dan Cinta Illahi.