Artikel/Kajian Masih tentang Skandal Film Impor (Bagian 4)

Kajian H Ilham Bintang 25-07-2011

Tulisan ini merupakan rangkuman kultwit yang dipublikasikan di akun twitter Pemimpin Redaksi Tabloid Cek & Ricek, H Ilham Bintang (@ilham_bintang) pada hari Senin 25 Juli 2011.

Jujur, mood saya terganggu pagi ini. Sehabis salat subuh tadi seorang sumber, seorang yang sangat saya percaya kirim kabar buruk. Lebih tepatnya mencengangkan. Dia menginformasikan Ibas (Edhie Baskoro) telah mengambil sebagian saham PT Omega Film.

Baik saya mulai dengan pernyataan tidak mempercayai informasi itu, meski disampaikan oleh orang yang saya percayai informasinya. Saya yakin tweeps, paling tidak sebagian besar, juga tidak percaya terhadap informasi mengenai masuknya Ibas di Omega.

Pertama, dia putra Presiden SBY. Kedua, dia Sekjen Partai Demokrat. Dua ikon itu selama ini identik dengan citra anti KKN. Ibas, sebagai generasi muda yang tumbuh di era reformasi pasti tahu agenda utama reformasi adalah menggulung habis praktik KKN. Ibas tahu ayahnya dan Partai Demokrat dapat kepercayaan rakyat karena tekadnya melaksanakan pemerintahan yang bersih dan jujur. Begitu saja pun ayahnya dan partainya tidak berhenti digoyang dan disudutkan. Kasus Omega Film merebak di tengah latar itu.

Namun kewajiban wartawan harus tetap menyampaikan informasi mengenai Ibas dan Omega Film, dengan harapan cepat dapat verifikasi dari yang bersangkutan. Siapa tahu namanya cuma dicatut, tapi si pencatut tidak menyadari itu bisa merusak kredibilitas putra bungsu kepala negara kita.

Direktur Film Syamsul Lussa mengatakan: 1. Omega Film cuma satu hari diblokir Ditjen Bea Cukai. 2. Pemiliknya bukan pemain lama. Pernyataan Direktur Film mendesakkan pertanyaan: 1. Kekuatan sebesar apa yang membuat blokir Omega Film dicabut? 2. Siapakah gerangan pemilik baru Omega Film, sehingga dikatakan Direktur Film bukan pemain lama?

Direktur Film menyebut owner dan direksi baru Omega Film Ajay Fulwani. Padahal jelas Ajay itu kemenakan Harris Lasmana. Tentulah kalau dia bekerja sungguh-sungguh, mustahil Direktur Film tidak tahu siapa Ajay Fulwani. Malah, buat saya kalau Ajay Fulwani betul yang memimpin Omega Film, oknum ini luar biasa penghinaannya terhadap negara. Kenapa? Karena sampai Jumat (22/7) sore perubahan akta Omega yang mencantumkan nama Ajay belum terdaftar di Kemenkumham. Artinya pencabutan blokir Omega Film tidak atas dasar pergantian owner dan direksi baru seperti kata Direktur Film. Paling-paling baru sampai pada perubahan akte yang disampaikan kepada Kemenbudpar. Artinya Omega Film versi baru belum legal.

Maka dapat disimpulkan secara legalistik formal masuknya film-film Harry Potter 7 dan Transformer dilakukan secara ilegal. Film-film itu masuk masih menggunakan PT Omega Film yang diblokir. Kekuatan sebesar apakah yang bisa membuat itu semua? Pencabutan blokir Omega Film kemungkinan terjadi saat kasus Nazaruddin tengah memuncak. Seluruh perhatian publik tumpah di situ. Kemungkinan pelaku/otak di balik ini memanfaatkan momentum tersebut. Asumsinya publik mungkin tidak peduli kasus ini.

Pada waktu blokir Omega dicabut Menteri Keuangan sakit. Dia dikabarkan sakit yang menyebabkan dia bedrest seminggu. Kebetulan? Tidak jelas, pencabutan blokir itu dilakukan mumpung beliau lagi sakit. Atau sakit justru karena itu. Yang pasti, dengan dibukanya blokir Omega Film, secara absolut monopoli menjadi legal, dan sia-sialah program intensifikasi pajak.

Pendapat saya Ibas tidak terlibat. Dengan begitu memudahkan teman-teman untuk melaporkan kasus ini ke KPK. Entah kalau tweeps berpendapat lain. Rencana kawan-kawan ke KPK, seperti yang disampaikan tadi sedikit memberi harapan, saya dukung 150% langkah itu. Supaya “nenek moyang” pelaku puluhan tahun monopoli impor film dibekuk, dan Presiden SBY kembali pulih pamornya. Siapakah nenek moyang monopoli film, tunggu di kultwit berikutnya. Doakan saya sehat dan tidak di”Nazaruddin”kan. Sekian.

Tulisan ini dimuat di Editor’s Note cekricek.co.id

Baca juga: Masih tentang Skandal Film Impor Bagian 1Bagian 2,  Bagian 3, Bagian 5

Tulisan lain tentang impor film:

Jero Wacik, Menteri atau Pengusaha Bioskop? (Totot Indrarto, 2011)

Tarif Bea Masuk Rp 20.000 Tidak Berdasar (Rudy Sanyoto, 2011)

Kekhawatiran Itu Akhirnya Terjadi (JB Kristanto, 2011)

Film MPA Segera Kembali? Tunggu Dulu… (Lisabona Rahman, 2011)

Kronologi Kasus Tarif Impor Film 2011 (Lisabona Rahman, 2011)

Saatnya Membenahi Urusan Film Impor Secara Menyeluruh (JB Kristanto, 2011)