Artikel/Sosok Standar Baru Cathy Sharon

Sosok Amalia Sekarjati 29-10-2011

Cathy Sharon saat press conference The Perfect House, Mazee fX. (Foto: FI)Cathy Sharon kembali hadir ke layar lebar lewat film The Perfect House. Perannya pada film ini diakuinya memberi makna tersendiri bagi karirnya sebagai pemeran. Jika pada syuting film-film sebelumnya diselingi kegiatan memandu acara, yang merupakan profesinya sehari-hari, untuk film ini ia menjalani proses workshop sampai syuting, tanpa tuntutan pekerjaan lain. "Salah satu kesulitan saya adalah karena fondasi saya bukan sebagai pemeran, melainkan presenter. Untuk mondar-mandir dari akting, memandu acara, balik lagi ke akting, agak susah buat saya. Di film ini saya tidak diganggu pekerjaan lain dan baru merasakan dikarantina. Lingkungan seperti itu sangat membantu. Membuat saya lebih mudah, lebih fokus." ujarnya.

Cathy mengakui bahwa ia banyak belajar dari proses itu dan akan lebih serius untuk bermain film. "Kalau saya mau main film lagi, saya harus serius. Bukan berarti sebelumnya nggak serius. Karena tahu seperti ini dan enak menjalaninya, saya sendiri pasang standar, bahwa kalau mau main film lagi, saya nggak mau diganggu pekerjaan lain." katanya pasti. Proses workshop yang ia jalani selama hampir sebulan itu ternyata banyak membantunya konsisten mendalami karakter perannya. "Kalau dulu, grafiknya tidak naik, tapi naik-turun, naik-turun. Kalau di sini, dari awal saya merasa naik, naik, dan naik."

Selain workshop dan waktu syuting yang intens dan disiplin di Ciloto, Cipanas, Puncak, Cathy juga banyak terbantu berakting dengan aktris yang lebih senior, Bella Esperance. "Mbak Bella kebetulan juga bermain di film pertama saya. Maksudnya, pertama kali saya main film juga dengan dia. Jadi, dia melihat akting saya mulai dari nol. Banyak sharing juga." Mereka bermain bersama dalam film Bangku Kosong (2006). Perempuan yang lebih dulu dikenal sebagai seorang video-jockey ini, juga banyak dibantu oleh Affandi Abdul Rachman, sutradara. Mulai dari menonton referensi film yang diberikan, yaitu A Tale of Two Sisters dari Korea Selatan, dan proses brainstorming untuk mencapai kesepakatan tentang karakter yang ia perankan.

Selain berakting, Cathy juga sempat menyutradarai film pendek berjudul Gadis di Ruang Tunggu. Apakah lewat aktingnya ini Cathy berharap bisa menang pada Festival Film Indonesia tahun ini? "Untuk mendapatkan, di lubuk hati pasti ada. Namun kalau buat saya, ekspektasinya semoga dengan film ini, kita bisa mengajak masyarakat untuk bisa lebih apresiasi film-film yang jenisnya berbeda. Buka wawasan untuk film-film lainnya lah." ujarnya.