Sinopsis

Kisah tentang hubungan Berlian (Christine Hakim) dan anaknya, Daya (Dian Sastrowardoyo), yang sejak kecil ditinggal ayahnya, Agus (Slamet Rahardjo Djarot), seorang tukang obat kaki lima yang pergi berkelana tanpa berita. Sikap Berlian, yang membuka warung jamu dan suka membantu dukun beranak, sangat protektif terhadap anaknya yang berangkat remaja. Daya sering berkhayal bertemu dengan ayahnya. Ia juga suka menempelkan ke pasir untuk mendengarkan "bisikan". Karena ada "kerusuhan" di desa mereka (rumah-rumah dibakar tanpa sebab jelas), Berlian dan Daya pindah ke tempat lain yang juga merupakan lautan pasir, untuk memulai usaha seperti sebelumnya. Tiba-tiba muncul kembali Agus. Berlian tidak suka, tapi Daya mendapatkan apa yang selama ini dirindukannya. Ketidaksukaan Berlian terbukti: Agus menjual anaknya pada Suwito (Didi Petet), yang digambarkan sebagai rentenir. Berlian meracuni Agus dan memaksa anaknya pergi bersama Kakek (Mang Udel) yanag digambarkan selalu bernostalgia pada zaman Jepang, karena di desa itu tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Jalinan kisah yang sebetulnya linier ini tampaknya ingin diuraikan secara puitis dengan gambar-gambar indah, seperti gambar-gambar pasir dalam "The English Patient". Akibatnya, konteks sosial menjadi tidak cukup jelas, kecuali mereka berasal dari masyarakat bawah. Tempat dan waktu kejadian juga tidak jelas, meski sayup-sayup ada potongan suara pidato Bung Karno sekitar G-30-S. Film dengan demikian menjadi potongan-potongan pernyataan "feminis" menentang patriarki: ayah yang tak bertanggungjawab, kekejaman dll.