Sinopsis

Di sebuah desa yang kering di tepi pantai (air pun hanya bisa diperoleh setetes demi setetes), Johan (Levie Hardigan), dengan peralatannya mengirimkan data-data cuaca, agar desa tersebut bisa dicurahi hujan buatan. Sinden Asih (Clara Sinta) yang cantik menghibur desa dengan suara maupun tubuhnya. Ini nasib yang harus dijalaninya, kata dalang. Pembantunya (Ria Irawan) mengabdi sepenuh hati. Asih dan Johan saling jatuh cinta. Ini merupakan malapetaka desa, hingga ada orang bunuh diri. Asih yang dianggap milik desa dan bukan perorangan, disuruh berendam di sebuah sungai di barat desa. Johan harus kecewa karena hujan buatan yang jadi obsesinya, dibatalkan. Pesawat-pesawat terbang digunakan untuk kampanye pemilu. Kisah disampaikan dalam bentuk puisi, hingga yang tampil adalah kesan-kesan, bukan cerita utuh. Sangat sedikit dialog yang terucap. Tembang-tembang Jawa yang dinyanyikan di banyak tempat menjadi salah satu kunci pemahaman, terutama tentang nasib dan kehidupan. Kritik sosial yang disampaikan di bagian akhir menjadi sangat menyengat, meski tampil seolah sambil lalu. Desa miskin dan kerontang yang terpencil itu tidak masuk hitungan dalam poltik nasional. Modernitas dan takhayul dihadirkan berbarengan tanpa saling mengganggu dalam film ini, tanpa adanya pemihakan atau penghakiman yang tegas. Realitas masyarakat hadir tanpa realisme.

Catatan

Pengambilan gambar film pertama Ravi Bharwani ini dilakukan dalam video digital betacam, lalu ditransfer ke film 35 mm. Film ini mendapat dukungan dana dari Hubert Bals Fund of the International Film Festival, Rotterdam. Pemutaran perdana di Indonesia dalam acara Jiffest 2004.