Nayla Majestya
Nayla Majestya adalah lulusan Kajian Media IKJ dan co-founder/organizer Klub Kajian Film IKJ. Selain meneliti dan menulis soal film, saat ini juga bekerja sebagai staff pengajar di Film School, Universitas Binus International.
Hingga lewat satu dekade pasca 1998, film-film yang mengangkat tema mengenai sejarah 65-66 masih terus diproduksi dan bisa dianggap menjadi bagian dari euforia ‘pelurusan sejarah’ yang merupakan salah satu reaksi terhadap kejatuhan Orde Baru.
Rosihan Anwar, wartawan senior yang sering terlibat dalam perfilman Indonesia, meninggal dunia Kamis (14/4/2011)
Film Perempuan Kedua, menjadi film pertama yang diputar pada pembukaan program Kineforum, Sejarah Adalah Sekarang 5, tanggal 1 Maret lalu. Kecuali memutar beragam film, tahun ini acara juga diisi dengan pemeran, diskusi dan kilnik kritik film.
Film-film Warkop Prambors rata-rata sukses secara komersial, meskipun tidak berarti jenis yang laku harus begitu. Rata-rata susunan cerita yang dibangun cukup sederhana, selain berkesan dangkal. Belum lagi soal daya akting yang memerlukan kemampuan khusus, mengingat sifat perekaman film yang terputus-putus.
Sesudah dilanda kelesuan produksi menjelang akhir tahun lalu, kini beberapa produser film tengah bersiap dengan rencana baru untuk bisa menerobos kelesuan tadi. Mereka berencana membuat film dengan biaya besar, untuk ukuran Indonesia, tentunya.
Kebangkitan kembali film Indonesia bisa ditandai dengan keluarnya SK Menteri Penerangan No. 71/SK/M/1967. Dengan Surat Keputusan itu mulailah tertanam prinsip bagaimana mengembangkan industri film Indonesia yang dianut sampai sekarang, yaitu dengan mengumpulkan dana dari impor film untuk menunjang produksi film nasional.