Seno Gumira Ajidarma
Dikenal memiliki banyak kapasitas: cerpenis, novelis, eseis, penulis skenario, juri, dan tentu saja kritikus film. Tapi, paling senang dia disebut sebagai wartawan.
Jika sinema Indonesia semula diniatkan sebagai representasi Indonesia modern, keberadaan tandem Ismail-Djajakusuma membuktikan terdapatnya gejala-gejala kondisi pascamodern, ketika istilah itu masih jauh dari dikenal, karena modernitas di Indonesia ternyata tidak menyingkirkan, melainkan hidup bersama dengan tradisi.