Sinopsis

Film ini berlatarbelakang kerusuhan etnis di Jakarta Mei 1998. Antares (Yama Carlos), pembuat film dokumenter, dan May (Jenny Chang), mahasiswa yang ingin jadi pemain film, saling mencintai meski berbeda etnis.

Pada suatu hari di bulan Mei 1998, saat kerusuhan terjadi, Antares sedang sibuk dengan pekerjaan yang tak bisa ditinggalkannya. Padahal dia harus menjemput May, yang memang menunggu-nunggu. May jadi korban kerusuhan itu. Ia diperkosa.

May berpikir, Antares telah meninggalkannya dan dengan pikiran itu, ia menjalani hidupnya. May mencoba melupakan kepedihan itu, lari dari Indonesia dan hidup dengan kenyataan baru: ia melahirkan bayi hasil hubungannya dengan Antares. Ia tidak hanya terpisah dengan Antares, akan tetapi juga terpisah dengan Mamanya (Tutie Kirana).

Mamanya terpaksa mengungsi dari rumahnya yang berada di tengah pusat kerusuhan. Ia mengungsi ke sebuah hotel dekat bandara untuk kemudian menukarkan sertifikat rumah, satu-satunya harta yang sempat ia bawa, dengan selembar tiket pesawat ke Malaysia. Gandang (Lukman Sardi) yang mendapatkan sertifikat itu. Selembar tiket yang kemudian mengubah hidupnya dari seorang pekerja rendahan di laundry hotel itu menjadi pengusaha laundry yang sukses di kampung halamannya, Yogya.

Sepuluh tahun kemudian, semua perca yang memedihkan itu tiba-tiba menyeruak kembali, menciptakan masa lalu yang harus segera disikapi oleh masing-masing dari mereka.

Antares menemukan May di sebuah pub di Kuala Lumpur. Gandang menemukan Mama May di sebuah kedai kopi tiam di Malaka. Tiba-tiba, rasa bersalah bermunculan di benak Antares dan Gandang. Juga penyesalan dan kebuntuan dalam usaha yang nyaris sia-sia untuk membayar semua yang telah mereka lakukan dengan keliru di masa lalu.

Pada saat yang sama, seorang jurnalis asing yang menyelamatkan May di hari yang naas itu, muncul kembali bersama Tristan, bayi dari rahim May yang dulu ditinggalkannya begitu saja dan kini sudah menjadi seorang bocah berumur sembilan tahun. Film berakhir bahagia.