Lisabona Rahman

Lisabona Rahman menulis tentang film sejak tahun 2002. Antara 2006 - 2011 ia bekerja sebagai manajer program kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Ia juga aktif mempelajari ilmu pelestarian film sejak 2009.

Komite FFI berencana mengadakan forum terbuka untuk membuat laporan publik resmi penyelenggaraan FFI 2010 dan menerima masukan masyarakat. Acara akan diselenggarakan pada Selasa, 14 Desember 2010 di Gedung Film, Jl. MT Haryono, Jakarta.
Dari kronologinya, konflik di FFI 2010 sungguh bukan peristiwa yang menunjukkan harapan akan masa depan dunia film Indonesia. Tapi, melihat deret nama dan judul film para pemenang, sepertinya terang bahwa para juri memberi bobot penilaian lebih pada tema dan bukan pencapaian teknis pembuatan film. Bagaimana menyikapi pilihan mereka?
Setelah melalui tahap seleksi, nominasi dan pemilihan pemenang yang riuh, para pemenang FFI diumumkan di Ballroom Central Park, Jakarta Barat pada 6 Desember 2010 malam. Inilah para peraih Piala Citra tahun 2010.
Kronologi sejak seleksi unggulan FFI 2010 hingga pengumuman resmi oleh KFFI.
Pada tanggal 3 Desember 2010 anggota Dewan Juri FFI 2010 yang telah diberhentikan mengumumkan keputusan mereka. Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo yang menjadi sumber pertentangan antara penyelenggara dengan Dewan Juri dianugerahi 9 penghargaan.
Setelah memberhentikan Dewan Juri pada 2 Desember 2010, KFFI membentuk Dewan Juri baru yang terdiri dari Viva Westi, Abduh Azis, German G. Mitapradja, Totot Indarto, Dedi Setiadi, Areng Widodo dan Alex Komang. Inilah unggulan para juri versi resmi FFI 2010.
Dewan juri internasional Indonesian Feature Film Competition (IFFC) mengumumkan keputusannya pada penutupan JiFFest ke-12 Minggu, 5 Desember 2010 malam. Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar meraih predikat Film Terbaik.
Interstudio, perusahaan jasa teknis dan laboratorium film, menambah fasilitasnya dengan mesin optical sound recorder. ”Dengan begini film Indonesia bisa utuh lahir di Indonesia lagi,” kata Sandy Sanyoto, penanggungjawab Interstudio.
Mengingat peristiwa kesenian ini sudah berjalan 12 tahun dengan reputasi internasional yang baik, ganjil sekali melihat absennya dukungan dari kementrian Budaya dan Pariwisata maupun institusi pemerintahan lainnya seperti Pemerintah Daerah propinsi DKI Jakarta.
Sophan Sophiaan, 64 th, meninggal karena motor Harley Davidson yang dikendarainya bersama rombongan menghantam sebuah lubang besar. Sekitar beberapa tahun terakhir ini kegiatannya memang berkisar pada mengendarai motor besar ini. Kegiatan yang membawanya celaka itu dibungkus dengan acara memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional.
Bulan Agustus lalu, seorang kawan mengirim pesan pendek pada saya. Ia mengabarkan bahwa ia baru saja membaca pengumuman di depan pintu masuk Bioskop Permata yang menyatakan kalau bioskop itu akan tutup selamanya terhitung 1 Agustus 2010 lalu. Saya sempat tak percaya, namun setelah saya konfirmasi pada pemilik bioskop, ternyata benar, bioskop Permata gulung layar.
Dua sutradara muda Indonesia, Ravi Bharwani (Impian Kemarau, 2004) dan Faozan Rizal (Yasujiro Journey, 2004) bicara tentang liku-liku proses produksi film mereka dan tentang pendapat mereka mengenai perfilman Indonesia dan Asia.
Jumlah penonton menurun drastis, hingga tidak ada satu pun produser yang berani menayangkan filmnya selama bulan puasa ini. Peristiwa pertama sepanjang sejarah. Film nasionalis seri Merah Putih yang berjudul Darah Garuda pun memilih penayangan pada tanggal sekitar lebaran mendatang, sebuah tanggal yang sudah menjadi tradisi untuk “panen” penonton.
Ada yang tidak cukup dijelaskan oleh serangkaian laporan Kompas Minggu (26/10, hlm 17-18) tentang peredaran film nasional saat ini, hingga menimbulkan sejumlah pertanyaan. Film nasional menguasai hampir seluruh layar bioskop yang ada di Indonesia, tapi yang dianggap berhasil hanya tiga judul. Kenapa?
Bagi seorang sineas tak ada yang lebih nikmat ketimbang membuat film. Melalui medium film dia bisa mengutarakan apa saja yang berkecamuk dalam benaknya. Apapun itu, mulai dari hal-hal sepele hingga hal-hal besar macam nasionalisme misalnya. Agaknya, seorang Yadi Sugandi bisa menjadi sebuah teladan sebagai pembuat film dengan tema nasionalisme.