Artikel Kajian

Dalam kurun waktu bulan Agustus 2012-Februari 2013, terdapat pertambahan delapan bioskop Grup 21 dan dua bioskop Grup Blitzmegaplex. Pertambahan fasilitas ini diikuti dengan naiknya harga tiket. Dan masih menyisakan banyak masalah dalam peredaran film nasional.
Tampaknya ada yang salah dengan penyelenggaraan FFI 2012 hingga menimbulkan ketidakpuasan dan reaksi negatif yang meluas dan hampir merata terutama di kalangan pekerja, penggiat, dan pemerhati film nasional.
FFI idealnya tidak saja menjadi ajang penghargaan perfilman nasional, tapi juga kesempatan bagi masyarakat untuk merayakan sinema nasional. Sayangnya, FFI yang baru saja kita lalui masih jauh dari ideal.
Banyaknya film impor berformat 3D tampaknya mempengaruhi perfilman nasional juga. Dua film 3D buatan Indonesia sudah muncul: Jendral Kancil dan Petualangan Singa Pemberani. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tekonologi 3D ini, ada baiknya kita mulai melihat sejarah awal dan perkembangannya.
Benarkah makin lama masyarakat Indonesia makin tidak menyukai film Indonesia? Atau sebetulnya tren penurunan itu terjadi karena terhalang oleh aksesibilitas, kesempatan, daya beli, dan lain-lain?
Daya serap penonton film Indonesia semakin rendah. Untuk semester pertama tahun ini, rata-rata 172 ribu penonton per film, turun sedikit dari rata-rata tahun lalu: 185 ribu penonton per film.
Soegija ini tidak boleh ditonton secara serius, juga tidak boleh memaksa diri untuk menangis, marah, atau terbawa suasana. Ini bukan film semacam itu.
Dunia film Indonesia belum pernah kukuh berdiri pada kakinya sendiri. Dia selalu berada dalam buaian dukungan pemerintah. Maka ketika dukungan dilepaskan, tertatih-tatih pulalah jalan mereka.
Hingga lewat satu dekade pasca 1998, film-film yang mengangkat tema mengenai sejarah 65-66 masih terus diproduksi dan bisa dianggap menjadi bagian dari euforia ‘pelurusan sejarah’ yang merupakan salah satu reaksi terhadap kejatuhan Orde Baru.
Dua isu yang patut digarisbawahi: kontribusi dan keberlangsungan hidup festival. Festival film bisa berkontribusi ke pembuat dan penonton film. Dalam jangka panjang, festival film bisa menjadi pasar tersendiri. Untuk itu festival perlu memiliki fondasi finansial yang solid.