Katalog Anjing-Anjing Geladak
Produser: Tuti Mutia
Pemeran: Alam Surawidjaja, Sofia (Sofia WD), WD Mochtar, Sandy Suwardi Hassan, Masito Sitorus, Tina Melinda, Sjuman Djaya, Ami Priyono, Nico Pelamonia, Ruslan Basrie, Frank Rorimpandey, Rina Hassim, Widyawati
Mungkin bisa dikatakan sebagai film Nico Pelamonia terbaik, juga film kriminal terbaik. Memang ada warna "Indonesia" di dalamnya antara lain adegan-adegan impian, maupun lagu-lagu pop (Koes Plus) yang dipakai. Karena kematian ayahnya di desa gersang, Maulana (Frank Rorimpandey) disuruh ibunya mencari kakaknya, Makbul (Sandy Suwardi Hassan), di Jakarta. Karena tak jelas alamat Makbul, Maulana tetap mencari sambil berusaha hidup dengan menguasai sebuah pelataran parkir. Makbul sendiri, setelah berhasil membunuh sebuah gerombolan penyelundup, direkrut oleh organisasi penyelundup itu. Ia tak tahu siapa pemimpin tertinggi organisasi ini. Ia hanya berhubungan dengan Wongso (Ami Prijono) yang memberinya tugas. Kehidupannya membaik. Ia berjanji akan membawa pulang dan menikahi pacarnya, Lastri (Rina Hassim), seorang pelacur, bila telah mendapat uang sekoper. Suatu hari Maulana melihat Makbul lewat, maka dengan motor curian dikejarnya kakaknya. Tak ketemu, ia malah ditangkap polisi, namun kemudian diberi tahu tempat kakaknya dan dilepaskan dengan janji membawa kakaknya yang memang tengah dikuntit terus, untuk menggulung seluruh organisasi narkotik itu. Sejak awal sosok intel (Nico Pelamonia) ini memang muncul sekejap-sekejap di tempat penting dan baru muncul penuh di akhir film. Di tengah perjalanan dua kakak-beradik ini, muncul pula di Jakarta adik mereka, Mauli (Widyawati), yang setelah bekerja di rumah makan, akhirnya jadi pembantu di sebuah rumah mewah dan digagahi oleh tuan rumah, Iwan (Sjuman Jaya). Ini dikisahkannya setelah hampir saja jatuh ke tempat pelacuran, di mana Lastri dan Makbul tinggal. Saat itu pula Makbul tahu, bahwa uang kiriman ke ibunya tak pernah sampai. Maka berangkatlah Makbul menuntut balas. Wongso dihabisi. Dari tempat ini ia tahu jaringan organisasi itu sampai ke pucuk pimpinannya, Iwan. Setelah membunuh Iwan, uang sekoper berhasil diperoleh, meski sudah diperingatkan Maulana bahwa polisi pasti datang. Ia melarikan pacar dan adik-adiknya pulang, meski dalam keadaan luka parah dan meninggal akibat tembak-tembakan dengan polisi yang terus menguntitnya. Kisah berakhir saat Makbul memeluk ibunya sambil menenteng uang sekoper dan dikelilingi polisi.
Kopi 35 mm judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia.