Tinjauan
Dukungan semesta yang dirancang untuk terlihat magis malah tampak seperti kebetulan yang pandir. Judul agung “Semesta Mendukung” malah tercerap laiknya judul dangkal “Sponsor Mendukung”.
Film terkait: Semesta Mendukung
Sulit membedakan apakah L4 Lupus memang dibuat untuk penyuluhan tentang lupus, atau sekadar mengenakan jubah usang untuk sebuah penyakit baru.
Film terkait: L4 Lupus
Dalam film ini, harus ada adegan atau dialog berkali-kali tentang betapa lemahnya angkatan laut kita atau nilai patriotisme. Akhirnya, film ini malah terlihat tidak percaya diri dengan ceritanya sendiri.
Film terkait: Badai di Ujung Negeri
Euphoria sepertinya perlu mencari jati dirinya sebagai sebuah film. Terlalu banyak hal yang ingin dikembangkan, tanpa ada prioritas jelas mana yang harus didahulukan.
Film terkait: Euphoria
Seksualitas adalah produk dagang dengan konsumen tetap, sehingga yang dibutuhkan hanyalah strategi untuk menjualnya. Lalu pemakaian ironi buruk dimulai. Yang ironis: Mati Muda di Pelukan Janda bahkan bukan sebuah ironi.
Film terkait: Mati Muda di Pelukan Janda
Tarung menjadi contoh menarik karena ketidakberimbangan dari unsur-unsur pokok film. Kuatnya sinematografi hasil dari gerak kamera di satu sisi bersanding dengan akting yang minim, cerita yang berantakan, dan dialog yang seadanya menjurus ke klise.
Film terkait: Tarung
Elemen visual dalam film bekerja optimal. Hanung Bramantyo sudah cukup matang memanfaatkan medium film untuk berekspresi. Apalagi, ia didampingi Faozan Rizal, sinematografer yang cukup berpengalaman dengan lanskap Gunung Bromo.
Film terkait: Tendangan dari Langit
Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap adalah film yang cukup untuk membuat penonton terpingkal di masa pakansi lebaran, tapi percayalah, isu yang diusung film ini lebih kuat sepuluh kali lipat dibanding ceritanya.
Film terkait: Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap
Berkat eksplorasinya yang universal dan mendalam tentang keluarga, Get Married 3 bisa dinikmati penonton tanpa perlu menonton dua film sebelumnya.
Film terkait: Get Married 3
Perbedaan antara versi cetak dan gambar gerak sudah pasti akan terjadi, dan sia-sia kalau diributkan terus. Hal yang lebih penting dinilai adalah bagaimana adaptasinya membahasakan ulang, atau bahkan menafsirkan ulang, esensi cerita dari teks ke medium film.
Film terkait: Di Bawah Lindungan Ka'bah