Tinjauan
7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita mengalir dengan mulus tanpa membingungkan penonton. Namun menjelang akhir, sepertinya ada kesan ingin buru-buru sehingga klimaksnya gagal tercapai. Akting Jajang C Noer nyaris tanpa cacat.
Film terkait: 7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita
Impian Kemarau benar-benar mewujudkan puisi dalam film. Film ini mengandalkan pada metafor dan ritme untuk membangun sekuensnya. Plot dan sekuens tidak dibangun berdasar kebutuhan dramatik melainkan untuk membangun mood dan nuansa.
Film terkait: The Rainmaker (Impian Kemarau)
Perfilman Indonesia—apa boleh buat—masih selalu membutuhkan Deddy Mizwar buat mendekatkan film dengan kenyataan sehari-hari. Dan itu berarti: dengan penontonnya.
Film terkait: Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Inilah signifikansi Edwin: apa yang tampak secara kolektif itu sesungguhnya selalu bertolak dari sesuatu yang personal. Dan itu terjadi di lokus yang tak terhindarkan oleh setiap individu, yaitu keluarga. Maka menonton Babi Buta bagai sebuah ajakan: mari kita cari babi cemas dalam diri kita masing-masing.
Film terkait: Babi Buta Yang Ingin Terbang
Ketika kenyataan tak bisa lagi diterima sekalipun hanya berdasar (atau justru karena) alasan-alasan pribadi. Saat ketidakbisamenerimaan terjadi, saat itulah jalan hidup harus diganti.
Film terkait: Kambing Jantan
Jermal telah mengembalikan optimisme bahwa film Indonesia masih punya kemampuan berurusan dengan perasaan dan kondisi psikologi manusia yang halus tanpa harus mencari-cari tokoh antagonisnya.
Film terkait: Jermal
Parodi yang mengejek moral politik orang lain ini sama sekali tak introspeksi terhadap moral politiknya sendiri. Film ini menjadikan orang lain bahan tertawaan padahal mengusulkan narsisme dan klaim atas jasa pribadi sebagai moral utama yang diusung. Bahkan substansi yang diusulkan guna membenahi kepolitikan yang carut-marut dan tak bermoral pun adalah komunikasi politik dalam arti sempit yaitu pencitraan
Film terkait: Capres (Calo Presiden)
Film ini adalah paduan skenario buruk, pemeranan yang payah dan cara menakut-nakuti yang basi.
Film terkait: Mirror
Buku Max Havelaar-nya Multatuli diadaptasi sebagai film realis yang sangat kompleks tapi halus lagi sedap mengalir. Isinya kritik tajam terhadap kekuasaan yang korup.
Film terkait: Max Havelaar (Saijah dan Adinda)
Sejak premis, film ini sudah basi, sekalipun penilaian macam itu masih bisa ditunda sampai film selesai. Premis basi masih bisa mengelak dari klise kalau proses menonton dihargai. Penghargaan terhadap proses itulah yang tak ada dalam film ini.
Film terkait: The Tarix Jabrix