Tinjauan
Dunia Arisan! 2 adalah dunia yang steril, hanya diisi oleh permasalahan masyarakat kelas atas. Ketiadaan pembanding memposisikan subjek film dalam sebuah bejana kaca. Mereka terisolasi dalam realita yang diciptakan oleh lensa kamera.
Film terkait: Arisan! 2
Mari lupakan sejenak label art film yang kerap melekat di karya-karya Garin Nugroho. Dalam Mata Tertutup, segala informasi dituturkan dengan lugas melalui dialog para tokohnya. Kosa gambarnya juga sederhana dan mengena.
Film terkait: Mata Tertutup
Bagi Teddy Soeriaatmadja, Lovely Man sejauh ini merupakan film terbaiknya sebagai sutradara. Semua elemen cerita terasa pas, sehingga film tidak terlalu “cerewet” dalam bertutur.
Film terkait: Lovely Man
Visual film tidak sekadar indah, tapi efektif dalam menyokong tujuan cerita. Namun, teknis barulah setengah pencapaian. Setengah lainnya adalah konten cerita, yang sayangnya tak tergarap dengan baik dalam The Perfect House.
Film terkait: The Perfect House
Sang Penari bolehlah disebut lebih unggul dibanding Tanda Tanya (Hanung Bramantyo), Lovely Man (Teddy Soeriaatmadja), dan Mata Tertutup (Garin Nugroho) karena sikap, tema, penguraian, dan eksekusinya secara menyeluruh.
Film terkait: Sang Penari
Sang Penari tidak mengambil jalan pintas dalam menarasikan kejadian 1965, tidak terjebak dalam glorifikasi korban dan simpati semata. Pembuat film mengambil langkah yang lebih terjal dan sukses.
Film terkait: Sang Penari
Kehormatan Di Balik Kerudung tak ada bedanya dengan menonton Pupus, film lainnya yang dibintangi oleh Donita. Jumlah tangisnya sama, atributnya saja yang berbeda: satu melodrama cinta remaja, satu lagi melodrama berbalut agama.
Film terkait: Kehormatan di Balik Kerudung
Si pocong mungkin sebenarnya tidak minta kawin. Dia hanya minta pembuat film di Indonesia untuk mencari cara baru dalam menuturkan riwayat hidupnya. Sama seperti penonton, pocong juga bisa bosan.
Film terkait: Pocong Minta Kawin
Apabila Setannya Kok Beneran? dan Setannya Kok Masih Ada bertukar judul, penonton pun akan sulit membedakannya.
Film terkait: Setannya Kok Masih Ada
Perempuan-Perempuan Liar terkesan digarap asal. Semua adegan berjalan sendiri-sendiri, hingga salah satu fungsi utama film sebagai sesuatu yang menghibur pun sulit dicapai.
Film terkait: Perempuan-perempuan Liar