Tinjauan

Dua sekwen awal film Kuldesak yang tengah diputar di tiga bioskop Jakarta ini langsung menerpa penonton, hingga kesadaran mereka digugah dan digugat. Ini bukan film seperti yang "biasa" mereka tonton.

Film terkait: Kuldesak

Tidak ada poster

Mungkin kisah ini akan disebut kisah kemanusiaan. Tapi saya rasa film ini, yang penyutradaraan dan penulisan skenarionya dikerjakan sendiri oleh Alam, belum sampai ke taraf itu. Saya lebih condong berkesimpulan bahwa kisah ini merupakan rekaman situasi atau reportase.

Film terkait: Perawan di Sektor Selatan

Tidak ada poster

Sutradara Chaerul Umam yang mendapat skenario bagus, bekerja bagus pula. Paling tidak dalam menangani pemain-pemainnya. Jenny Rachman bisa bermain sebagai anak usia 15 tahun, Roy Marten bisa tidak cengengesan seperti biasanya. Hasilnya memang sebuah tontonan yang lumayan.

Film terkait: Gadis Marathon

Tidak ada poster

Film Teguh Karya, Perkawinan dalam Semusim (PDS), mengingatkan kita pada perjalanan yang pernah ditempuh Teguh di teater. Dengan Teater Populernya ia mulai dari Teh dan Simpati. Ia membina pemain dan sekaligus penonton, sehingga akhirnya ia bisa memilih yang lebih sesuai dengan dirinya, lebih sesuai dengan pandangan dan sikap hidupnya.

Film terkait: Perkawinan dalam Semusim

Dunia remaja yang rumit ini berjalan di depan latar cita-cita kemerdekaan Papua, sehingga mewarnai pergulatan identitas pribadi mereka. Baik remaja maupun orang dewasa mengalami tarik-menarik nasionalisme dengan cara berbeda, membuat narasi besar itu kelihatan membumi. Kali ini, hal yang tak bisa dicapai Garin dalam Puisi Tak Terkuburkan (2000) tampil lebih mulus.

Film terkait: Aku Ingin Menciummu Sekali Saja