Lisabona Rahman

Lisabona Rahman menulis tentang film sejak tahun 2002. Antara 2006 - 2011 ia bekerja sebagai manajer program kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Ia juga aktif mempelajari ilmu pelestarian film sejak 2009.

Di tengah pandemi global Covid-19 yang membatasi produksi film serta berkumpul secara fisik di bioskop dan di festival, Indonesia mendapat kabar baik ini. Saya harus menyatakan bahwa saya merasa sangat beruntung dapat menyaksikan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (singkatnya, "Dendam") menemui penontonnya dalam pemutaran perdana dunia di Locarno.
Film reka-ulang kedua Pastor Simon Buis dari Flores ini jauh lebih kolosal dibanding film sebelumnya. Dengan plot yang lebih rumit, ia mempertentangkan jalan kekerasan dan jalan damai dalam berhubungan dengan warga lokal pada masa kolonial.
Ria Rago (1930) boleh jadi adalah film panjang tertua Nusantara yang masih bisa kita tonton lengkap saat ini. Kisah pembuatan film ini menunjukkan bagaimana eksperimen dengan medium film berjalan di luar lokasi klasik Jawa dan Sumatera.
Lola baru saja meluncurkan film layar lebar produksinya yang kelima, Kisah 3 Titik (K3T). Ia bercerita kepada FI tentang produksi film, berburu bakat-bakat baru dan juga tentang masa awal keterlibatannya di dunia film.
Secara legalistik formal masuknya film-film Harry Potter 7 dan Transformer dilakukan secara ilegal. Film-film itu masuk masih menggunakan PT Omega Film yang diblokir.
Surat Kecil Untuk Tuhan (SKUT) sekali lagi membuktikan keampuhan “promosi” informal dari mulut ke mulut. Dalam sebelas hari, SKUT telah ditonton oleh sekitar 429.000 orang.
Restorasi film Lewat Djam Malam jadi studi kasus dalam program pendidikan restorasi film yang diadakan oleh federasi arsip film internasional (FIAF) di Bologna, Italia, pada Sabtu 30 Juni 2012.
Begitu terbetik kabar tarif impor film yang baru akan segera diumumkan, orang segera berandai-andai bahwa kekosongan pasokan film-film MPA akan segera terisi kembali. Sayangnya dalam hal film-film MPA persoalannya tidak sesederhana itu.
Dua film yang ia perankan (7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita dan Batas) beredar di Indonesia dalam minggu ini. Hampir empat dasawarsa lalu ia memulai karir peran di Teater Kecil yang dipimpin Arifin C. Noer.
Sampai hari ini film '?' (Tanda Tanya) masih tetap diputar di bioskop kota Bandung. Protes Front Pembela Islam (FPI) ke Balai Kota Bandung gagal membuat film ini ditarik dari peredaran.
Sampai hari ini belum juga ada keputusan baru mengenai tarif baru pungutan film impor. Kalau keadaan ini berlangsung terus maka tahun ini akan menjadi tahun krisis bioskop di Indonesia.
Sosok Nya Abbas Akup dan pendapatnya mengenai kualitas film Indonesia pada masa itu (1970-an).
Tulisan ini merupakan rangkuman dari pernyataan yang dibuat Deddy Mizwar dan Rudy S Sanyoto yang mereka sampaikan dalam jumpa pers tentang kebijakan film nasional dan masalah pajak film impor di Jakarta pada Minggu 20 Februari 2011.
Noorca Massardi mengeluarkan pernyataan tertulis yang memicu perdebatan mengenai situasi impor film di Indonesia saat ini. Pernyataan ini kami kutipkan sebagaimana terbit.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah ada suatu forum diskusi untuk membahas penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI). Forum diawali dengan suasana 'mengadili' penyelenggara.