Artikel Sosok
Bagi pria yang kerap disapa Ijam ini, bermain dalam film bertema olah raga merupakan sesuatu yang senantiasa menarik. Pada Mari Lari, karakter Reza diceritakan sebagai pelari veteran yang baru saja menapaki lintasan maraton Angkor Wat, Kamboja. Sedangkan di kancah nasional, Reza juga cukup dikenal sebagai penggiat lari dari Indo Runners Club.
Kali ini, Ia berperan sebagai tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah menyuap pejabat pemerintah demi mendapatkan jatah proyek. “Saya bangga banget bisa ikut main dalam film ini. Apalagi karena bisa ikut melawan korupsi lewat film.” ujarnya.
Buat saya, pada akhirnya, seni peran adalah membuka wawasan lebih luas dan membuka awareness sedemikian peka untuk mau dan bisa menyikapi karakter lain.
Jika biasanya Luna Maya dan Sigi Wimala lebih sering terlihat berakting di depan layar, dan Ilya Sigma lebih dikenal sebagai penulis naskah, ketiganya justru berkolaborasi sebagai sutradara dalam Pintu Harmonika yang beredar mulai 23 Mei 2013.
Optatissimus menandai pertama kalinya kemunculan nama Dirmawan Hatta sebagai sutradara. Sebelumnya, alumni Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada ini lebih dikenal sebagai penulis naskah. Dua kali namanya diunggulkan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Indonesia: 2008 untuk May dan 2011 dan The Mirror Never Lies.
Raditya Dika merasa cukup puas atas kelahiran film barunya, Cinta Brontosaurus. Selain banyak belajar, ia merasa puas karena bisa sepenuhnya menggarap naskah untuk film ini, tanpa bantuan langsung dari orang lain.
Akting bukanlah suatu yang asing dan bahkan sudah mendarah daging di Keluarga Irawan. Termasuk bagi Dewi Irawan. Aktris kelahiran 13 Juni 1963 ini sudah akrab dengan dunia film sejak ia lahir. Ayahnya, Bambang Irawan, mendirikan rumah produksi Agora di tahun yang sama dengan tahun kelahirannya.
Setelah lebih banyak berkarya sebagai aktris, kemudian menjajal kerja sebagai produser, kali ini Marcella Zalianty juga mencoba menyutradarai film terbarunya, Rectoverso. “Terus terang saja, kalau seperti ini memang capek, ya. Mungkin kalau nanti aku produksi lagi, sebaiknya aku pilih salah satu antara menyutradarai atau memproduseri saja.”
Setelah sebelumnya lebih banyak berkiprah sebagai produser lini dan manajer produksi dalam beberapa film, Asad Amar kali ini menjajal kursi sutradara sekaligus produser untuk film Sang Pialang. Padahal, pada awalnya ia tidak terpikir untuk mengerjakan dua tugas tersebut.
Aria Kusumadewa bisa dibilang ikon film indie di Indonesia. Setidaknya selama sebelas tahun (1999-2009) laki-laki kelahiran 27 September 1963 ini bukan hanya membuat film dan mengedarkan karya-karyanya secara independen, tetapi juga bersuara paling keras menentang kemapanan industri.