Artikel Kajian

Pada awalnya saya termasuk orang yang tidak percaya pada film sebagai media kesenian. Dibandingkan dengan sastra,teater, atau musik, rasanya film hanyalah pabrik hiburan tempat orang melupakan hidup kesehariannya, bukan tempat orang berkaca dan mendapatkan ilham untuk mengarungi kehidupan. Pendapat ini agak sok dan naif. Belakangan saya tahu bahwa film memiliki fungsi dan tujuan yang sangat beragam.
Ini adalah kisah Menachem Golan dan Yoram Globus, dua bersaudara yang kini paling banyak memproduksi film di Amerika Serikat. Bahkan mereka juga sudah mulai memasuki pasaran internasional dengan antara lain membeli Thorne Emi International, perusahaan penghasil dan pengedar film Terbesar di Inggris, yang mempunyai gedung bioskop di Belanda dan jaringan bioskop peringkat enam di Amerika. Kisah yang sangat tipikal dunia film. Begitu pula cara mereka mengelola perusahaannya.
Kebangkitan kembali film Indonesia bisa ditandai dengan keluarnya SK Menteri Penerangan No. 71/SK/M/1967. Dengan Surat Keputusan itu mulailah tertanam prinsip bagaimana mengembangkan industri film Indonesia yang dianut sampai sekarang, yaitu dengan mengumpulkan dana dari impor film untuk menunjang produksi film nasional.
Sesudah dilanda kelesuan produksi menjelang akhir tahun lalu, kini beberapa produser film tengah bersiap dengan rencana baru untuk bisa menerobos kelesuan tadi. Mereka berencana membuat film dengan biaya besar, untuk ukuran Indonesia, tentunya.
Kumpulkan pendapat-pendapat mengenai film, maka hasilnya akan berkisar di antara dua kutub. Kutub kesenian di satu sisi dan kutub dagang di sisi lain.
Semua orang sudah tahu bahwa industri film melibatkan uang puluhan sampai ratusan juta rupiah jumlahnya. Semua juga sudah tahu bahwa bentuk ‘kesenian’ ini menikmati popularitas dan kemungkinan jangkauan yang lebih luas ketimbang teater atau lukisan. [...] Salah satu yang punya minat adalah wartawan.
Film-film Warkop Prambors rata-rata sukses secara komersial, meskipun tidak berarti jenis yang laku harus begitu. Rata-rata susunan cerita yang dibangun cukup sederhana, selain berkesan dangkal. Belum lagi soal daya akting yang memerlukan kemampuan khusus, mengingat sifat perekaman film yang terputus-putus.