Artikel
"Untuk saat ini dinikmatin aja, mumpung masih muda. Seneng juga perannya menginspirasi, siapa tahu abis ini dapat peran yang berbeda."
Selain akan memproduksi sembilan film baru tahun ini, Naveen merestorasi ratusan film lama. Naveen optimis keputusannya itu akan berdampak positif baginya dan perusahaannya.
StoS tahun ini bertemakan "Semangat Tanpa Batas". Tema ini dipilih untuk menjawab tantangan atas pertanyaan: hal macam apa sejatinya ukuran kepedulian terhadap persoalan sosial-lingkungan?
"Lebih nyaman jadi pemeran pembantu, karena nggak ada beban. Gue takut kalau film itu nggak laku. Jadi beban buat gue," ungkap bapak empat anak itu.
Dengan pengalamannya membuat film pendek dan dokumenter, bagi Kuntz setiap film adalah investasi, terlepas dari bentuk dan jenisnya.
Dalam rangka 10 tahun film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC?) Miles Films mengadakan reuni bersama seluruh kru, pemain, dan juga membagi 100 tempat duduk untuk publik. Setelah acara reuni yang juga disertai pemutaran film tersebut, film ini kembali diputar untuk umum di Blok M Square 21.
Mendapat kesempatan untuk tampil dalam film adalah hal yang ditunggu pemain. Maudy Ayunda sebaliknya lebih mementingkan pendidikan. Hal ini menjadi prinsip Maudy dalam menerima tawaran bermain.
Filmmaker’s Forum kedua memutar film Babi Buta yang Ingin Terbang lalu dilanjutkan berdiskusi dengan Sidi Saleh, penata sinematografi, dan Iqbal Raya, penata artistik film tersebut.
Menyutradarai film horor dan film drama merupakan dua hal berbeda. Terutama bagaimana membangun mood dan nuansa sepanjang film. "Mood-nya sendiri beda, ya. Saya kalau membuat film lebih memakai hati dan mood."
Edwin adalah orang ketiga yang menerima penghargaan ini dari Asian Film Awards, setelah Ishii Yuya (Jepang) pada tahun 2008 dan Wei Te-Sheng (Taiwan) pada tahun 2010.