Arie Kartikasari

Lulusan sekolah film dengan minat utama Produksi. Pernah mengajar produksi film dan pengenalan audio visual di beberapa lembaga pendidikan dan SMU. Pernah menjadi kru dalam beberapa produksi film.

"Selama dua tahun saya menjadi juri, pendapat saya masih sama, kalau ingin menonton film Indonesia, maka tontonlah film pendek," jelas Dimas Jayasrana.
Ada empat orang calon Aimei. Kriteria disempitkan menjadi pengucapan bahasa Mandarin dan gestur. Dari dua syarat itu, yang cocok adalah Franda.
"Tokoh Ziah bisa dibilang tidak punya banyak masalah di film ini. Ia malah lebih mengkhawatirkan masalah dan keputusan yang diambil oleh kakak-kakaknya."
Aom Kusman Kartanagara, aktor film komedi yang kental dengan budaya Jawa Barat, meninggal dunia pada Jumat, 23 Desember 2011, pukul 04.09 pagi.
"Awalnya sempat bimbang, karena di film Hafalan Shalat Delisa ini peran saya menjadi ibu dari empat anak."
Pada malam penganugerahan FFI 2011 panitia mengabarkan, film dokumenter Penjara dan Nirwana dinyatakan tidak lolos sensor LSF dengan catatan "ditolak seutuhnya".
Film Sang Penari terpilih menjadi Film Terbaik FFI 2011. Selain film terbaik, Sang Penari meraih tiga piala Citra: Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Wanita, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.
Yang menarik di FFI ini, banyaknya anak muda yang membuat film mengenai kehidupan anak muda. Tren anak muda dan hubungannya dengan nasionalisme dan bahkan pop culture, adalah tema yang banyak ditemui pada peserta tahun ini.
Dari 12 film televisi yang berhasil masuk unggulan, Bakpao Ping Ping berhasil membawa lima piala Vidia dan dinobatkan sebagai Film Televisi terbaik.
Panitia FFI 2011 mengumumkan daftar unggulan film bioskop terbaik di acara malam penganugerahan Piala Vidia pada tanggal 6 Desember 2011 di Jakarta.
Surya Saputra terkesan sangat berhati-hati dalam memilih peran yang terlihat dari jumlah film per tahun yang ia bintangi sejak 2008.
"Musik itu lebih catchy untuk anak-anak, lebih universal dan mudah dicerna. Dengan tema yang agak berat, kita bisa lebih mudah menyampaikannya."
"Saya bisa memaklumi mengapa seorang sutradara selalu mencari penata kamera yang sama. Ada chemistry seperti suami-istri."
"Yang membentuk saya adalah keluarga saya. Ayah saya sutradara film iklan, ibu saya produser eksekutif. Dari mereka saya memahami cara bekerja dengan kamera dan bagaimana caranya untuk menyutradarai"
Konflik batin itu dengan mudah bisa dituliskan di dalam novel, tetapi sulit divisualkan dalam film. Maka harus ditambahkan beberapa adegan yang menggambarkan bagaimana karakter Hamid dan Zainab merasakan suka cita, berjuang untuk bersatu, dan kesedihan mereka.